Semarang-Anggota Komite Normalisasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, Sukawi Sutarip, menyatakan sebaiknya siapapun harus diperbolehkan mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI dalam Kongres PSSI di Solo pada 9 Juli 2011."Siapapun boleh mencalonkan diri dan mendaftarkan diri sebagai Ketua Umum PSSI. Persoalan dia lolos atau tidak adalah persoalan lain," kata Sukawi di Semarang, Senin 20 Juni 2011.
Pernyataan Sukawi ini menanggapi polemik soal tidak bolehnya dua calon, Arifin Panigoro dan George Toisutta, maju dalam Konggres PSSI di Solo mendatang.
Ketua Pengurus Provinsi PSSI Jawa Tengah ini mengibaratkan orang gila memiliki ijazah. Orang gila tersebut ingin mendaftarkan diri sebagai pegawai negeri, maka harus diterima dan tidak boleh ditolak.
"Perkara setelah dites baru ketahuan dia gila dan tidak lolos, itu persoalan lain. Yang jelas, silakan daftar, kalau dihalang-halangi justru bisa disebut melanggar hak asasi manusia," kata Sukawi.
Sukawi menyatakan pemilik suara mayoritas yang sering disebut kelompok 78 sebenarnya hanya mempertanyakan kenapa FIFA melarang Arifin Panigoro dan George Toisutta mencalonkan diri. "Dasarnya apa, kok, FIFA melarang? Kalau sudah disebutkan secara rasional, maka kita juga bisa menerima. Gitu, tho, alasannya," ujar Sukawi.
Selama ini, kata Sukawi, Arifin Panigoro dan Toisutta hanya asal dilarang saja. Sukawi menilai dasar yang digunakan FIFA melarang Arifin Panigoro dan Toisutta maju dalam bursa ketua PSSI hingga kini juga tak pernah jelas.
Sebelumnya, kata Sukawi, FIFA melarang Arifin Panigoro dan Toisutta maju dengan alasan berdasar pada keputusan Komisi Banding PSSI yang dipimpin Tjipta Lesmana. Padahal, kata Sukawi, Komisi Banding tak melarang, tapi merekomendasikan agar Kongres PSSI diulangi mulai dari awal dari nol yang berdasarkan pada statuta PSSI.
Sukawi menyatakan pembentukan kelompok 78 sebenarnya tidak memperjuangkan orang per orang, tapi memperjuangkan keadilan. Sebab, sesuai hak asasi manusia, siapapun boleh mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI.
"Tidak usah Pak Arifin atau Pak Toisutta nggak apa-apa, yang penting tegakkan keadilan," ujar Ketua Partai Demokrat Jawa Tengah tersebut. Siapapun, kata Sukawi, tidak boleh melakukan pendzoliman terhadap orang lain. .
Pernyataan Sukawi ini menanggapi polemik soal tidak bolehnya dua calon, Arifin Panigoro dan George Toisutta, maju dalam Konggres PSSI di Solo mendatang.
Ketua Pengurus Provinsi PSSI Jawa Tengah ini mengibaratkan orang gila memiliki ijazah. Orang gila tersebut ingin mendaftarkan diri sebagai pegawai negeri, maka harus diterima dan tidak boleh ditolak.
"Perkara setelah dites baru ketahuan dia gila dan tidak lolos, itu persoalan lain. Yang jelas, silakan daftar, kalau dihalang-halangi justru bisa disebut melanggar hak asasi manusia," kata Sukawi.
Sukawi menyatakan pemilik suara mayoritas yang sering disebut kelompok 78 sebenarnya hanya mempertanyakan kenapa FIFA melarang Arifin Panigoro dan George Toisutta mencalonkan diri. "Dasarnya apa, kok, FIFA melarang? Kalau sudah disebutkan secara rasional, maka kita juga bisa menerima. Gitu, tho, alasannya," ujar Sukawi.
Selama ini, kata Sukawi, Arifin Panigoro dan Toisutta hanya asal dilarang saja. Sukawi menilai dasar yang digunakan FIFA melarang Arifin Panigoro dan Toisutta maju dalam bursa ketua PSSI hingga kini juga tak pernah jelas.
Sebelumnya, kata Sukawi, FIFA melarang Arifin Panigoro dan Toisutta maju dengan alasan berdasar pada keputusan Komisi Banding PSSI yang dipimpin Tjipta Lesmana. Padahal, kata Sukawi, Komisi Banding tak melarang, tapi merekomendasikan agar Kongres PSSI diulangi mulai dari awal dari nol yang berdasarkan pada statuta PSSI.
Sukawi menyatakan pembentukan kelompok 78 sebenarnya tidak memperjuangkan orang per orang, tapi memperjuangkan keadilan. Sebab, sesuai hak asasi manusia, siapapun boleh mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI.
"Tidak usah Pak Arifin atau Pak Toisutta nggak apa-apa, yang penting tegakkan keadilan," ujar Ketua Partai Demokrat Jawa Tengah tersebut. Siapapun, kata Sukawi, tidak boleh melakukan pendzoliman terhadap orang lain. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar