Warung Kopi Sport - Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husain menyatakan PSSI akan mengadopsi sistem Liga Primer Indonesia (LPI) ke dalam Liga Indonesia, agar kompetisi dan pengelolaan klub lebih profesional.“Model ini (LPI) akan kita ambil, kita adopsi, apalagi LPI sekarang sudah berada di bawah naungan kita,” kata Djohar seusai membuka Mubes Persiraja di Balai Kota Banda Aceh, Selasa (19/7/2011).
LPI dinilai lebih profesional karena mereka tidak menggunakan keuangan daerah untuk menghidupi kompetisi dan klub. Sementara klub-klub di bawah PSSI selama ini mayoritas masih bergantung pada APBD.
Mulai 2012, seluruh klub sepakbola tidak diizinkan lagi menggunakan APBD. Karena itu, Djohar mendorong agar klub harus berbenah dan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan agar tetap hidup.
Setiap klub dinilai berpotensi bekerjasama atau menggaet sponsor karena masing-masing memiliki pendukung fanatiknya. Pendukung klub bisa menjadi konsumen bagi produk yang bekerjasama dengan klub.
Untuk menggaet sponsor, klub diminta membenahai manajemennya hingga kuat dan terbuka kepada pendukungnya. Karena tanpa kepercayaan dari publik, sulit bagi klub untuk mencari sponsor.
PSSI pada 25 Juli ini, kata Djohar, akan memanggil semua manajer klub Liga Super Indonesia untuk membahas tentang kemandirian klub. Salah satu yang akan digunanakan adalah seperti pola LPI.
Untuk menjamin profesionalitas kompetisi, lanjut Djohar, mulai musim ini PSSI akan menyerahkan semua saham kepada klub.
“Kalau dulu PSSI ikut memiliki saham klub, sekarang kita akan menyerahkan sepenuhnya kepada klub. PSSI hanya bertindak sebagai penyelenggara kompetisi, tidak ikut campur lagi ke klub, biar klub yang mengelola sahamnya sendiri,” sebutnya.
Djohar meminta klub di bawah PSSI untuk mencontohkan klub-klub internasional yang mandiri dengan kekuatan keuangannya sendiri. Dia mencontohkan klub Liga Turki, Galatasaray yang kini memiliki 35 badan usaha untuk menghidupi klub. (far) .
LPI dinilai lebih profesional karena mereka tidak menggunakan keuangan daerah untuk menghidupi kompetisi dan klub. Sementara klub-klub di bawah PSSI selama ini mayoritas masih bergantung pada APBD.
Mulai 2012, seluruh klub sepakbola tidak diizinkan lagi menggunakan APBD. Karena itu, Djohar mendorong agar klub harus berbenah dan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan agar tetap hidup.
Setiap klub dinilai berpotensi bekerjasama atau menggaet sponsor karena masing-masing memiliki pendukung fanatiknya. Pendukung klub bisa menjadi konsumen bagi produk yang bekerjasama dengan klub.
Untuk menggaet sponsor, klub diminta membenahai manajemennya hingga kuat dan terbuka kepada pendukungnya. Karena tanpa kepercayaan dari publik, sulit bagi klub untuk mencari sponsor.
PSSI pada 25 Juli ini, kata Djohar, akan memanggil semua manajer klub Liga Super Indonesia untuk membahas tentang kemandirian klub. Salah satu yang akan digunanakan adalah seperti pola LPI.
Untuk menjamin profesionalitas kompetisi, lanjut Djohar, mulai musim ini PSSI akan menyerahkan semua saham kepada klub.
“Kalau dulu PSSI ikut memiliki saham klub, sekarang kita akan menyerahkan sepenuhnya kepada klub. PSSI hanya bertindak sebagai penyelenggara kompetisi, tidak ikut campur lagi ke klub, biar klub yang mengelola sahamnya sendiri,” sebutnya.
Djohar meminta klub di bawah PSSI untuk mencontohkan klub-klub internasional yang mandiri dengan kekuatan keuangannya sendiri. Dia mencontohkan klub Liga Turki, Galatasaray yang kini memiliki 35 badan usaha untuk menghidupi klub. (far) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar